SuaraSumedang.id - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menjanjikan akan mencari solusi mengenai kenaikan harga telur ayam di pasar guna persoalan serupa tak lagi terulang.
Sementara paguyuban Peternak Rakyat Indonesia menyebut harga telur ayam mustahil turun hingga di bawah Rp27.000 per kilogram.
Melambungnya harga telur ayam saat ini, dipengaruhi mahalnya pakan dan bibit ayam petelur.
Kemudian belum stabilnya produksi setelah banyak peternak mengurangi populasi ayam, bahkan gulung tikar akibat dihantam pandemi.
Baca Juga:Persib Siap Pecahkan Rekor PSM yang Belum Terkalahkan, Bernando Tavares Ungkap Hal ini
Sekretaris Jenderal Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas), Ngadiran mengatakan, harga telur ayam di Pulau Jawa berada di kisaran Rp32.000 per kilogram per Minggu (28/8).
Sebelumnya, harga telur ayam di Pulau Jawa sempat menyentuh Rp35.000. Sedangkan di luar Pulau Jawa masih berada di kisaran Rp34.000 per kilogram.
Ngadiran pun menyebut, kenaikan harga telur ayam terjadi sejak dua pekan ke belakang, dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah.
"Memang betul tertinggi. Biasanya Rp28.000-Rp29.000 di awal tahun ini, lalu sempat Rp23.000-24.0000 per kilogram," kata Ngadiran kepada BBC News Indonesia.
Harga telur ayam yang melambung ini berdampak pada turunnya pembeli. Biasanya konsumen beli hingga satu kilogram, sekarang hanya setengah kilo.
Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan harga telur ayam naik.
Menurutnya, pertama jumlah peternak ayam petelur menurun sekitar 30 persen.
Sejak pandemi melanda Indonesia, dan pemerintah menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat, permintaan akan telur ayam menurun drastis. Sementara produksi tak berkurang.
Menurutnya Syailendra, ketidakseimbangan tersebut membuat harga telur ayam anjlok hingga Rp14.000 per kilogram. Sementara biaya produksi lebih mahal.
"Bayangkan berada bulan konsumen membeli (telur ayam) dengan harga murah, itu peternak menjerit. Akhirnya banyak yang gulung tikar, ada yang mengurangi populasi ayam petelurnya. Otomatis produksi turun," kata dia.
Penyebab kedua, harga pakan yang naik baik bersumber dari dalam negeri maupun impor.
Catatan Kemendag, harga pakan sekarang Rp6.800-Rp7.200 per kilogram.
Ketiga, adanya program bantuan sosial (bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos) berupa bagi-bagi kebutuhan bahan pokok termasuk telur ayam.
"Bansos dari Kemensos diberikan berupa uang ke daerah, oleh daerah membelikan sembako satu di antaranya telur ayam. Jadi permintaan telur langsung naik tajam sehingga suplai ke pasar berkurang. Itu (bansos) ikut mendorong (kenaikan harga)," kata dia.
Sumber:Suara.com