SuaraSumedang.id - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan, janji akan menurunkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) Pertamina.
Saat itu, Erick Thohir tengah meninjau persediaan BBM nasional melalui fasilitas Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center di Graha Pertamina.
Menurut Erick penurunan harga jual BBM tersebut perlu dengan syarat jika minyak mentah dunia mengalami penurunan harga.
"Banyak yang bicara, nanti kalau harga minyak dunia turun seperti apa? pasti kami turun," kata Erick kepada wartawan, Rabu (7/6/2022).
Baca Juga:Polri Bongkar Peran Kombes Agus Pada Kejahatan Ferdy Sambo Usai Dipecat Tidak Hormat
Kemudian, Erick mengatakan, langkah yang dilakukan pemerintah dengan menaikkan harga BBM jenis Pertalite, Bio Solar, dan Pertamax adalah cara untuk mengurangi pemborosan subsidi energi.
Sehingga, alokasi subsidi energi dalam APBN dapat digunakan untuk mendanai proyek-proyek strategis nasional, seperti pembangunan jalan bebas hambatan, pembangunan bandara, pembangunan bendungan untuk irigasi pertanian, dan lain-lain.
Sepanjang tahun 2016-2022, pemerintah membangun sebanyak 128 proyek strategis nasional dengan nilai investasi sebesar Rp716,4 triliun.
Sedangkan, subsidi alokasi energi dalam APBN tahun ini nilainya mencapai Rp502 triliun.
Erick kemudian menyampaikan, harga minyak mentah dunia sekarang senilai 95 dolar AS per barel.
Jika nanti turun ke angka 75 dolar AS per barel, maka pertamax akan menyesuaikan dengan harga pasar yang artinya harganya bisa turun.
"Tapi apakah solar dan pertalite itu harga pasar? ya nggak bisa, (tetap) subsidi," kata Erick.
Berdasarkan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2022, yang telah disepakati oleh Badan Anggaran DPR bersama pemerintah pada 9 September 2021 lalu.
Nilai asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun ini adalah sebesar 63 dolar AS per barel.
Harga ICP yang terus melambung dampak kondisi geopolitik global membuat beban APBN meningkat karena Indonesia masih mengimpor minyak sekitar 700 ribu barel per hari untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri.
Erick pun meminta agar masyarakat tidak lagi membanding-banding harga BBM Indonesia dengan negara lain yang menjual dengan harga murah, karena negara-negara itu mayoritas masih menghasilkan minyak.
"Indonesia sudah (menjadi) negara impor BBM dari tahun 2003, ini kadang-kadang yang kita persepsinya itu belum menyadari karena dulu kita selalu ingat kita negara OPEC," kata dia.
Sumber:ANTARA