SuaraSumedang.id - Tanggal 14 Februari selalu identik dengan peringatan perayaan Hari Valentine atau hari kasih sayang sedunia.
Hari Valentine ini merupakan budaya untuk mengungkapkan kasih sayang atau rasa cinta seseorang terhadap pasangan maupun orang terdekat.
Di hari Valentine biasanya banyak orang sudah memiliki rencana untuk merayakan hari kasih sayang tersebut.
Bahkan, banyak pasangan yang sudah menyiapkan hadiah atau kado untuk pasangannya, sudah jauh-jauh hari mereservasi restoran atau penginapan untuk menghabiskan waktu bersama pasangan.
Baca Juga:Ayu Aulia Sebut Berhubungan Seks Dengan Pacar Pakai Kondom Enggak Enak, Padahal Risikonya Berbahaya
Melansir Britannica, hari Valentine disebut identik dengan beberapa hal sebagai berikut.
- Hari Valentine identik dengan cupid. Cupid merupakan dewa cinta yang berasal dari legenda Romawi.
- Hari Valentine juga identik dengan burung. Sebab ada keyakinan musim kawin burung dimulai di pertengahan bulan Februari.
Burung tersebut umumnya adalah burung merpati yang menjadi simbol dari hari kasih sayang ini.
- Hal lainnya yang identik dengan Valentine yakni bunga mawar yang berwarna merah. Bunga mawar ini dianggap sebagai simbol dari hari kasih sayang.
Baca Juga:Selamat Patricia Gouw Resmi Menikah dengan Pria Bule, Tingkah Pecicilannya Jadi Sorotan
Selain hari Valentine, rupanya 14 Februari pun diperingati dengan pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA).
Pasukan PETA adalah bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Kala itu, Jepang yang menjajah Tanah Air, melatih para pemuda dengan militer untuk bergabung ke dalam pasukan PETA.
Pelatihan pasukan itu dipusatkan di kompleks militer yang ada di Bogor, dan diberi nama Jawa Boei Giyugun Kanbu Resentai.
PETA merupakan kesatuan militer yang dibentuk oleh Jepang selama masa kependudukannya di Indonesia.
Meski para pasukan PETA disebut sebagai tentara sukarela, pada kenyataannya pemuda di Pulau Jawa dipaksa untuk bergabung.
Markas pasukan PETA ini ada di Blitar, Jawa Timur yang dipimpin oleh Pemimpin Peleton Shodanco Soeprijadi, pada 14 Februari 1945.
Latar belakang pemberontakan PETA karena adanya tindakan diskriminatif dari para prajurit Jepang kepada anggota PETA.
Sehingga, pasukan PETA marah karena sudah membuat banyak rakyat Indonesia yang menderita.
Pemberontakan PETA kepada militer Jepang ini ditandai dengan adanya tembakan ke arah Hotel Sakura, di mana tempat tinggal para pemimpin Jepang di Blitar, Jawa Timur.
Selain itu, markas Kempetai juga ikut ditembak dengan senapan. Aksi lainnya, seorang Chudancho PETA merobek poster bertuliskan 'Indonesia Akan Merdeka', dan mengganti dengan tulisan berbunyi 'Indonesia Sudah Merdeka'.
Sayangnya, pemberontakan PETA pada saat itu tidak berjalan dengan baik sesuai rencana. Supriyadi tidak berhasil menggerakan satuan lain untuk melakukan pemberontakan.
Alhasil, beberapa kesatuan PETA lain kembali kepada kesatuan masing-masing, setelah seruan Jepang yang memerintahkan PETA untuk mundur.
Pasukan PETA yang kembali justru ditahan, ditangkap, dan disiksa oleh polisi Jepang. Pasukan PETA berkurang setengah untuk melakukan pemberontakan.
Pasukan yang setia memberontak membuat pertahanan di Distrik Pare dan lereng Gunung Kawi.(*)