SuaraSumedang.id - Google Doodle hari ini merayakan ulang tahun ke-169 tokoh perempuan Indonesia, Raden Ayu Lasminingrat.
Lasminigrat merupakan seorang penulis dan cendekiawan Sunda. Ia adalah pelopor pendidikan perempuan di Indonesia dan yang membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia di masa depan.
Raden Ayu Lasminingrat lahir pada 29 Maret tahun 1854 di Garut. Ia adalah putri dari pasangan Raden Ayu Ria dan Raden Haji Muhamad Musa, seorang penghulu dan sastrawan Sunda.
R.A Lasminingrat melanjutkan pendidikannya di Sekolah Eropa yang ada di Sumedang, ia harus dipisahkan dari keluarganya dan diasuh oleh teman ayahnya, Levyson Norman.
Baca Juga:Sinopsis Tale of the Nine Tailed 1938, Aksi Lee Dong Wook Menjadi Rubah Berekor
Levyson Norman membantu mengajarinya bahasa Belanda dan berkontribusi pada Lasminingrat menjadi wanita Indonesia pertama yang fasih menulis dan membaca bahasa Belanda pada masanya.
Setelah mahir menulis dan berbahasa Belanda, Lasminigrat memiliki cita-cita memajukan kesetaraan bagi seluruh perempuan Indonesia.
Lasminingrat menggunakan kemampuan literasinya untuk mengadaptasi dongeng dari Eropa dan menterjemahkannya ke dalam bahasa Sunda.
Di bawah bimbingan ayahnya, ia mulai mendidik anak-anak Indonesia pada tahun 1879. Ia membacakan buku-buku adaptasi dengan keras, dan mengajar pendidikan moral dasar dan psikologi.
Ia mendidik anak-anak pribumi Indonesia dan mengenalkan mereka pada budaya Eropa. Ia juga menterjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Sunda, yaitu Carita Erman, Warnasari jilid 1 dan 2, yang terkenal luas di seluruh Indonesia.
Baca Juga:Rayakan Ulang Tahun ke-51, Ahmad Dhani Siap Gelar Konser di Istora Senayan
Pada tahun 1907, Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri. Lingkungan terbuka dan area belajar pemberdayaan perempuan, membaca, juga menulis.
Sekolah ini berkembang dengan memiliki 200 siswa dan 5 kelas serta diakui oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1911.
Pada tahun 1934, Sakola Kautamaan Istri terus berkembang dan diperluas ke daerah-daerah lain seperti Garut Wetan, Cikajang, dan Bayongbong.
Karena kontribusinya yang begitu besar terhadap pendidikan di Indonesia, ia menjadi tokoh intelektual perempuan pertama Indonesia yang mendedikasikan hidupnya untuk pemberdayaan perempuan Indonesia. (*)
Sumber: Google Doodle